FAKTOR PENYEBAB PERILAKU KERUMUNAN: TEORI LE BON
Teori Le Bon menyebutkan sejumlah factor yang menurutnya menjadi penyebab terjadi kerumunan (lihat Le Bon, 1966:29-34).
1. Factor pertama ialah bahwa karena kebersamaannya dengan banyak orang lain maka individu, yang semula dapat mengendalikan nalurinya, kemudian memperoleh perasaan kekuatan luar biasa yang mendorongnya untuk tunduk pada dorongan naluri. Karena seakan-akan telah terlebur dalam kerumunan sehingga menjadi anonym (tidak dikenal) maka tanggunga jawab yang semula mengendalikan individu pun lenyap.
2. Factor kedua ialah apa yang oleh Le Bon disebut penularan (contagion) dan yang menurutnya dapat dianggap sebagai suatu gejala hipnotis: dalam suatu kerumunan tiap perasaan dan tindakan bersifat menular. Individu yang telah tertular oleh perasaan dan tindakan orang lain itu kemudian mampu mengorbankan kepentingan pribadinya demi kepentingan bersama. Bila kita mengikuti pemikiran Le Bon, maka seseorang yang melakukan pemukulan terhadap seorang tersangka pelaku pencopetan di terminal bus, seorang pemuda yang melakukan perusakan kendaraan pribadi di kala pertunjukan Mick Jagger di terminal bus, seorang pemuda yang melakukan perusakan kendaraan pribadi di kala pertunjukan Mick Jagger berlangsung September 1988 di stadion utama senayan Jakarta, seorang pelajar SMA yang melemparkan batu kea rah bus kota berbuat demikian karena tertular orang lain, orang yang berada di sekitarnya telah berbuat demikian pula.
3. Factor ketiga, yang menurut Le Bon yang merupakan factor terpenting, ialah apa yang dinamakannya suggestibility: dalam kerumunan individu mudah di pengaruhi, percaya, taat. Ia seakan-akan telah di hipnotis. Tindakannya menyerupai tindakan robot, karena ia kehilangan kesadaran pribadinya dan bertindak bertentangan dengan kehendaknya tanpa menyadarinya. Menurut Le Bon dalam kerumunan seorang pengecut dapat berubah menjadi pahlawan, seorang kikir menjadi dermawan, dan seorang yang jujur menjadi penjahat. Sebagaimana seperti kasus tukang daging di bastille yang dikisahkan Le Bon, dalam kerumunan seseorang yang baik dapat mendadak berubah menjadi pembunuh.
Karena Le Bon menekankan pada factor penularan, maka teorinya sering dinamakan Teori Penularan (contagion theory). Kini gambaran Le Bon mengenal anggota kerumunan sebagai orang yang hanya mengikuti naluri, tidak rasional dan tidak mampu mengendalikan prilaku ditolak oleh banyak ilmuan social. Suatu teori lain yang disebut Horton dan Hunt (1984:482-483) ialah apa yang dinamakan teori konvergensi ( corvengence theory). Menurut teori ini prilaku kerumunan muncul dari sejumlah orang yang mempunyai dorongan, maksud, kebutuhan serupa.
1. Factor pertama ialah bahwa karena kebersamaannya dengan banyak orang lain maka individu, yang semula dapat mengendalikan nalurinya, kemudian memperoleh perasaan kekuatan luar biasa yang mendorongnya untuk tunduk pada dorongan naluri. Karena seakan-akan telah terlebur dalam kerumunan sehingga menjadi anonym (tidak dikenal) maka tanggunga jawab yang semula mengendalikan individu pun lenyap.
2. Factor kedua ialah apa yang oleh Le Bon disebut penularan (contagion) dan yang menurutnya dapat dianggap sebagai suatu gejala hipnotis: dalam suatu kerumunan tiap perasaan dan tindakan bersifat menular. Individu yang telah tertular oleh perasaan dan tindakan orang lain itu kemudian mampu mengorbankan kepentingan pribadinya demi kepentingan bersama. Bila kita mengikuti pemikiran Le Bon, maka seseorang yang melakukan pemukulan terhadap seorang tersangka pelaku pencopetan di terminal bus, seorang pemuda yang melakukan perusakan kendaraan pribadi di kala pertunjukan Mick Jagger di terminal bus, seorang pemuda yang melakukan perusakan kendaraan pribadi di kala pertunjukan Mick Jagger berlangsung September 1988 di stadion utama senayan Jakarta, seorang pelajar SMA yang melemparkan batu kea rah bus kota berbuat demikian karena tertular orang lain, orang yang berada di sekitarnya telah berbuat demikian pula.
3. Factor ketiga, yang menurut Le Bon yang merupakan factor terpenting, ialah apa yang dinamakannya suggestibility: dalam kerumunan individu mudah di pengaruhi, percaya, taat. Ia seakan-akan telah di hipnotis. Tindakannya menyerupai tindakan robot, karena ia kehilangan kesadaran pribadinya dan bertindak bertentangan dengan kehendaknya tanpa menyadarinya. Menurut Le Bon dalam kerumunan seorang pengecut dapat berubah menjadi pahlawan, seorang kikir menjadi dermawan, dan seorang yang jujur menjadi penjahat. Sebagaimana seperti kasus tukang daging di bastille yang dikisahkan Le Bon, dalam kerumunan seseorang yang baik dapat mendadak berubah menjadi pembunuh.
Karena Le Bon menekankan pada factor penularan, maka teorinya sering dinamakan Teori Penularan (contagion theory). Kini gambaran Le Bon mengenal anggota kerumunan sebagai orang yang hanya mengikuti naluri, tidak rasional dan tidak mampu mengendalikan prilaku ditolak oleh banyak ilmuan social. Suatu teori lain yang disebut Horton dan Hunt (1984:482-483) ialah apa yang dinamakan teori konvergensi ( corvengence theory). Menurut teori ini prilaku kerumunan muncul dari sejumlah orang yang mempunyai dorongan, maksud, kebutuhan serupa.
FAKTOR PENYEBAB PERILAKU KERUMUNAN: TEORI LE BON
Reviewed by Putra
on
4:59:00 PM
Rating:
No comments: