Filsafat Pada Zaman Modern
Filsafat Pada Zaman Modern - Setelah benteng Abad Pertengahan jebol oleh Descrates, filsafat itu lepas dari cengkraman agama (iman Kristen), maka laksana air bah, akal menyapu dan melabrak apa saja yang menghambatnya. Akal menang. Rasio bersorak-sorai kegirangan. Semenjak renaissance dihidupkan oleh Descrates dalam bidang filsafat, maka rasionalisme Yunani menjadi satu-satunya cara berfilsafat pada Zaman Modern, kecuali nanti pada Kant.
Pada Zaman Modern filsafat ini berbagai aliran besar muncul. Pada dasarnya corak keseluruhan filsafat modern itu mengambil warna pemikiran filsafat sofisme Yunani, sedikit pengecualian pada Kant. Paham-paham muncul dalam garis besarnya adalah rasionalisme, idealism, empirisme, dan paham-paham yang merupakan pecahan dari aliran itu.
Paham rasionalisme mengajarkan bahwa akal itu alat terpenting dalam memperoleh dan menuji pengetahuan. Jelas ini merupakan reaksi keras terhadap dominasi iman pada Abad Pertengahan. Pemikiran rasionalisme itu ditingkahi pula oleh idealism. Paham yang mengajarkan bahwa hakikat fisik adalah jiwa, spirit. Ideal Plato tentulah jalan yang paling mungkin untuk mempelajari paham idealism Zaman Modern. Berdasarkan paham idealisme seperti Fichte menyatakan bahwa di belakang kita yang ada ialah Absolute Mind. Pada Schelling, realitas itu identik dengan gerakan pemikiran yang berevolusi secara dialektis. Ini menyiapkan jalan bagi dialektika Hegel. Hagel berarti puncak idealism Jerman. Idealismenya terlihat pada pusat filsafatnya, yaitu Geist (roh,jiwa). Roh itu real, kongkret, objektif; demikian kata Hegel. Ini suatu paham yang sulit dipahami. Roh itu menubuh pada objek-objek yang khusus. Roh itulah esensi sejarah manusia.
Antara rasionalisme dan idealisme tidak ada pertengkaran. Akan tetapi, bila berhadapan dengan empirisme, persoalan menjadi lain. Empirisme amat berbeda dan berlawanan dengan rasionalisme dan idealism. Tokoh-tokoh empirisme menolak ide-ide pokok orang rasionalis dan idealis. Rumusan pokok filsafat empirisme ialah: tidak ada sesuatu dalam pikiran kita selain didahului oleh pengalaman. Jiwa itu kosong; isinya hanyalah yang dating dari pengalaman.
Cara Kant menyelesaikan soal ini pada dasarnya sama dengan cara Socrates tempo hari. Ia menyatakan bahwa akal ada daerahnya dan hati ada daerahnya. Bila akal memasuki daerah hati, maka ia akan hilang dalam paralogisme. Sains dan agama sama-sama dapat dipegang, sama-sama diperlukan. Skeptic terhadap sains amat berbahaya; keraguan kepada agama sama juga bahayanya.
Pada Zaman Modern filsafat ini berbagai aliran besar muncul. Pada dasarnya corak keseluruhan filsafat modern itu mengambil warna pemikiran filsafat sofisme Yunani, sedikit pengecualian pada Kant. Paham-paham muncul dalam garis besarnya adalah rasionalisme, idealism, empirisme, dan paham-paham yang merupakan pecahan dari aliran itu.
Paham rasionalisme mengajarkan bahwa akal itu alat terpenting dalam memperoleh dan menuji pengetahuan. Jelas ini merupakan reaksi keras terhadap dominasi iman pada Abad Pertengahan. Pemikiran rasionalisme itu ditingkahi pula oleh idealism. Paham yang mengajarkan bahwa hakikat fisik adalah jiwa, spirit. Ideal Plato tentulah jalan yang paling mungkin untuk mempelajari paham idealism Zaman Modern. Berdasarkan paham idealisme seperti Fichte menyatakan bahwa di belakang kita yang ada ialah Absolute Mind. Pada Schelling, realitas itu identik dengan gerakan pemikiran yang berevolusi secara dialektis. Ini menyiapkan jalan bagi dialektika Hegel. Hagel berarti puncak idealism Jerman. Idealismenya terlihat pada pusat filsafatnya, yaitu Geist (roh,jiwa). Roh itu real, kongkret, objektif; demikian kata Hegel. Ini suatu paham yang sulit dipahami. Roh itu menubuh pada objek-objek yang khusus. Roh itulah esensi sejarah manusia.
Antara rasionalisme dan idealisme tidak ada pertengkaran. Akan tetapi, bila berhadapan dengan empirisme, persoalan menjadi lain. Empirisme amat berbeda dan berlawanan dengan rasionalisme dan idealism. Tokoh-tokoh empirisme menolak ide-ide pokok orang rasionalis dan idealis. Rumusan pokok filsafat empirisme ialah: tidak ada sesuatu dalam pikiran kita selain didahului oleh pengalaman. Jiwa itu kosong; isinya hanyalah yang dating dari pengalaman.
Cara Kant menyelesaikan soal ini pada dasarnya sama dengan cara Socrates tempo hari. Ia menyatakan bahwa akal ada daerahnya dan hati ada daerahnya. Bila akal memasuki daerah hati, maka ia akan hilang dalam paralogisme. Sains dan agama sama-sama dapat dipegang, sama-sama diperlukan. Skeptic terhadap sains amat berbahaya; keraguan kepada agama sama juga bahayanya.
Filsafat Pada Zaman Modern
Reviewed by Putra
on
11:29:00 AM
Rating:
No comments: