Kronologi Pembunuhan Sadis Sisca Yofie
Pembunuhan sadis Franciesca “Sisca” Yofie - Kasus Sisca Yofie ini sedang hangat di berbagai media ini patut kita ikuti agar sesuai dengan hukum. Kota Bandung menjadi tempat terjadi pembunuhan sadis Sisca Yofie. Kepolisian Resor Kota Besar Bandung pada Kamis pekan lalu menggelar reka ulang pembunuhan Franciesca “Sisca” Yofie. Total ada 28 adegan di enam tempat di kawasan Sukajadi tersebut. Berikut ini rentetan pembunuhan Sisca berdasarkan keterangan Wawan, pembacok Branch Manajer PT Verena Multi Finance tersebut:
Kisah Asmara Kompol Eko dan Sisca
Kompol Albertus Eko Budiarto dan Franciesca “Sisca” Yofie pertama kali bertemu pada 2002. Saat itu Eko, yang menjabat Kepala Unit Sentra Pelayanan Terpadu Kepolisian Sektor Astana Anyar, Bandung Tengah, kedatangan seorang tamu yang hendak melaporkan sebuah kasus. Pelapor itu adalah perempuan muda berusia sekitar 23 tahun, Sisca. Setahun sebelumnya, polisi asal Pemalang, Jawa Tengah, itu baru saja mempersunting Dita, panggilan Anindita, mojang Bandung berparas oriental.
Sekian lama menikah, Eko dan Dita tidak kunjung dikaruniai anak. Nah, pada 2010, Eko kembali bertemu dengan Sisca, perempuan keturunan yang dikenal delapan tahun sebelumnya. Hubungan keduanya pun makin akrab, sehingga mereka memutuskan berpacaran. Diduga Eko menginginkan keturunan dari Sisca karena Dita disebut-sebut mandul. Namun ada juga versi yang menyebutkan yang mandul sebenarnya Eko.
Selama berpacaran, Eko sering memanjakan kekasih gelapnya itu. Sang kompol memberikan banyak barang berharga kepada Sisca. Keduanya juga beberapa kali menginap di Hotel Lotus, Jalan Tubagus Ismail, Bandung. Bahkan Sisca pada 2011 pernah mengontrak sebuah kamar eksekutif di hotel itu dengan tarif Rp 6 juta per bulan. Selama tiga bulan Sisca mengontrak di hotel tersebut. Eko dan Sisca rupanya mencoba membawa hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius. Kepada Kompolnas, Eko mengaku Sisca pernah mengajaknya bertemu dengan orang tuanya, yang beralamat di Jalan Pagarsih, Gang Pak Marhadi, Jamika, Bandung. Pada malam nahas Sisca, terdapat dua cincin di jemari kanan dan kirinya. Namun, sampai saat ini, cerita mengenai cincin tersebut masih misterius. Keluarga menyebut cincin Sisca tinggal satu.
Perselingkuhan Eko dengan Sisca bukan tidak diketahui Dita dan keluarganya. Pada 2012, Sisca mengirimkan foto-foto panasnya bersama Eko kepada Dita. Sitorus mengakui adanya pengiriman foto-foto tersebut. Namun foto itu merupakan rekayasa, yang bertujuan agar Dita ribut dengan suaminya. Suatu kali, Sisca pernah mengirimkan pesan dalam bahasa Batak kepada Dita. Isinya kurang-lebih memberitahukan Sisca telah bersetubuh dengan Eko.
Menurut Polda Jawa Barat, pada 2012 itu, jalinan asmara Sisca dengan Eko memburuk. Penyebab-nya adalah mobil sitaan Polda Jawa Barat yang dipinjamkan Eko kepada Sisca. Mobil tersebut disebut hilang ketika dipakai Sisca sehingga Eko, yang saat itu menjabat Kepala Unit I Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Jawa Barat, melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap ibunda Sisca, Tan Hay Kim atau Sarah. Diduga ini membuat amarah Sisca meledak.
November 2012, Sisca memutus hubungannya dengan Eko. Nomor telepon selulernya juga diganti. Eko rupanya tak terima oleh keputusan kekasihnya itu. Ia pun mengirimkan dua mata-mata, Brigadir Kepala Asep Sofyan dan Brigadir Frederikus, untuk menguntit Sisca ke mana pun pergi. Namun, berdasarkan pengakuannya, hal itu dilakukan untuk menjaga Sisca supaya tidak mengalami apa-apa. Namun Eko tak patah arang. Berbagai cara dia tempuh, termasuk berkali-kali mengirimkan surat cinta. Surat itu berisi perasaan cintanya yang masih menggebu-gebu kepada Sisca. Surat itu, berdasarkan pengakuan Eko, tidak dikirim langsung ke kos Sisca, melainkan ke rumah orang tuanya.
Sisca makin murka oleh tingkah laku Eko ketika si kompol mendatangi pusara Sarah tujuh hari setelah ibu Sisca itu meninggal pada April lalu. Selain datang ke makam, Eko sempat menyerahkan uang duka Rp 2 juta kepada keluarga almarhum. Di laman Facebooknya, Sisca melontarkan sumpah serapah kepada Eko, yang telah menyeret ibunya ke kantor polisi.
- Rekonstruksi itu bermula dari ajakan Wawan kepada keponakannya, Ade Ismayadi, untuk menjambret pada 5 Agustus.
- Keduanya lalu melintas di muka rumah kos Sisca, Jalan Setra Indah II, Sukajadi, Bandung. Melihat pintu mobil terbuka, Wawan lantas mengambil tas dari mobil Sisca itu.
- “Sisca ngejar, meluk saya dari belakang. Disikut-sikut susah lepas, terus digolok tiga kali.” Dalam reka ulang, ada adegan Sisca mengejar penjambret dan berhasil merangkul leher Wawan. Setelah beberapa meter, barulah Wawan membacok Sisca dengan golok.
- Setelah dibacok, Sisca tersungkur dan rambutnya tersangkut di gir sepeda motor Suzuki Satria yang mereka kendarai. Saat sepeda motor mendadak mati gara-gara rambut yang tersangkut, Wawan memotongnya, lalu menyuruh Ade tancap gas.
- Tas, dompet, sama golok dibuang di kali daerah Pasteur. iPhone sama ATM dibawa, dibuang di Saguling.
Kisah Asmara Kompol Eko dan Sisca
Kompol Albertus Eko Budiarto dan Franciesca “Sisca” Yofie pertama kali bertemu pada 2002. Saat itu Eko, yang menjabat Kepala Unit Sentra Pelayanan Terpadu Kepolisian Sektor Astana Anyar, Bandung Tengah, kedatangan seorang tamu yang hendak melaporkan sebuah kasus. Pelapor itu adalah perempuan muda berusia sekitar 23 tahun, Sisca. Setahun sebelumnya, polisi asal Pemalang, Jawa Tengah, itu baru saja mempersunting Dita, panggilan Anindita, mojang Bandung berparas oriental.
Sekian lama menikah, Eko dan Dita tidak kunjung dikaruniai anak. Nah, pada 2010, Eko kembali bertemu dengan Sisca, perempuan keturunan yang dikenal delapan tahun sebelumnya. Hubungan keduanya pun makin akrab, sehingga mereka memutuskan berpacaran. Diduga Eko menginginkan keturunan dari Sisca karena Dita disebut-sebut mandul. Namun ada juga versi yang menyebutkan yang mandul sebenarnya Eko.
Selama berpacaran, Eko sering memanjakan kekasih gelapnya itu. Sang kompol memberikan banyak barang berharga kepada Sisca. Keduanya juga beberapa kali menginap di Hotel Lotus, Jalan Tubagus Ismail, Bandung. Bahkan Sisca pada 2011 pernah mengontrak sebuah kamar eksekutif di hotel itu dengan tarif Rp 6 juta per bulan. Selama tiga bulan Sisca mengontrak di hotel tersebut. Eko dan Sisca rupanya mencoba membawa hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius. Kepada Kompolnas, Eko mengaku Sisca pernah mengajaknya bertemu dengan orang tuanya, yang beralamat di Jalan Pagarsih, Gang Pak Marhadi, Jamika, Bandung. Pada malam nahas Sisca, terdapat dua cincin di jemari kanan dan kirinya. Namun, sampai saat ini, cerita mengenai cincin tersebut masih misterius. Keluarga menyebut cincin Sisca tinggal satu.
Perselingkuhan Eko dengan Sisca bukan tidak diketahui Dita dan keluarganya. Pada 2012, Sisca mengirimkan foto-foto panasnya bersama Eko kepada Dita. Sitorus mengakui adanya pengiriman foto-foto tersebut. Namun foto itu merupakan rekayasa, yang bertujuan agar Dita ribut dengan suaminya. Suatu kali, Sisca pernah mengirimkan pesan dalam bahasa Batak kepada Dita. Isinya kurang-lebih memberitahukan Sisca telah bersetubuh dengan Eko.
Menurut Polda Jawa Barat, pada 2012 itu, jalinan asmara Sisca dengan Eko memburuk. Penyebab-nya adalah mobil sitaan Polda Jawa Barat yang dipinjamkan Eko kepada Sisca. Mobil tersebut disebut hilang ketika dipakai Sisca sehingga Eko, yang saat itu menjabat Kepala Unit I Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Jawa Barat, melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap ibunda Sisca, Tan Hay Kim atau Sarah. Diduga ini membuat amarah Sisca meledak.
November 2012, Sisca memutus hubungannya dengan Eko. Nomor telepon selulernya juga diganti. Eko rupanya tak terima oleh keputusan kekasihnya itu. Ia pun mengirimkan dua mata-mata, Brigadir Kepala Asep Sofyan dan Brigadir Frederikus, untuk menguntit Sisca ke mana pun pergi. Namun, berdasarkan pengakuannya, hal itu dilakukan untuk menjaga Sisca supaya tidak mengalami apa-apa. Namun Eko tak patah arang. Berbagai cara dia tempuh, termasuk berkali-kali mengirimkan surat cinta. Surat itu berisi perasaan cintanya yang masih menggebu-gebu kepada Sisca. Surat itu, berdasarkan pengakuan Eko, tidak dikirim langsung ke kos Sisca, melainkan ke rumah orang tuanya.
Sisca makin murka oleh tingkah laku Eko ketika si kompol mendatangi pusara Sarah tujuh hari setelah ibu Sisca itu meninggal pada April lalu. Selain datang ke makam, Eko sempat menyerahkan uang duka Rp 2 juta kepada keluarga almarhum. Di laman Facebooknya, Sisca melontarkan sumpah serapah kepada Eko, yang telah menyeret ibunya ke kantor polisi.
Untuk sementara ini, polisi menyebutkan Eko tidak terlibat dalam peristiwa tewasnya kekasihnya itu. Dalam rekonstruksi yang digelar pada 22 Agustus lalu, polisi masih berkukuh menyatakan latar belakang peristiwa itu bukan persoalan asmara, melainkan murni penjambretan. Namun Eko kini harus bersiap-siap menghadapi sidang Kode Etik Kepolisian. Pasal telah melakukan perbuatan yang merusak martabat polisi menantinya.
Kronologi Pembunuhan Sadis Sisca Yofie
Reviewed by Putra
on
3:43:00 AM
Rating:
No comments: